Butet Manurung dan Sokola Rimba
Butet Manurung dan Sokola Rimba
1/32. Pendiri Sokola Rimba, peraih penghargaan Ramon Magsaysay [Butet Manurung]
Image Source : kompasiana.com
Rimba, apa yang ada dibenak anda apabila mendengar kata itu ? Pasti terbersit di benak hati adalah hutan belantara yang masih sangat natural, tak terjamah, hewan-hewan buas, masih sangat etnografik dan sangat jauh dari pusat peradaban kota. Jangan sampai disitu saja, hubungkan dengan kata sekolah atau "sokola". Ya Sokola rimba adalah sekolah yang "diusahakan" oleh Butet Manurung di pelosok Sumatera hingga Papua.Butet Manurung, meski dihadapkan dengan banyak rintangan, dan penolakan, diabtetap berjuang habis-bahisan untuk memberikan pendidikan kepada SukuAnak Dalam di Jambi. Semangat yang membara dari wanita ini terlihat dari ucapannya seperti yang dikutip dari Kompas, 2005:39.
"Sejak desembar 1999 sampai mei 2000, aku berputar keluar masuk hutan, terus menerus ditolak dan diusir"
Suku Anak Dalam adalah salah satu suku bangsa minoritas yang hidup di Jambi dan Sumatera Selatan, Mereka tinggal di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Mereka hidup nomaden dan kehidupan mereka bergantung pada berburu dan meramu. Ketidakberdayaan Orang Rimba yang tidak bisa membaca dan menulis yang sering dimanfaatkan oleh "orang terang", sebutan yang diberikan Orang Rimba kepada seseorang di luar komunitas mereka. Orang terang ini sering menipu mereka. Ketidakmampuan mereka membaca dimanfaatkan melalui selembar surat perjanjian. Mereka sering dibohongi dengan imbalan uang yang jumlahnya sangat sedikit. Orang terang mengatakan bahwa selembar kertas itu adalah sebuah penghargaan dari kecamatan, dan mereka diminta untuk membubuhkan cap jempol. Ironisnya, karena buta huruf merekapun nurut saja. Orang Rimba tidak menyadari bahwa itu adalah penipuan.
Butet Manurung, dia selalu meyakinkan masyarakat rimba bahwa pendidikan dapat melindungi mereka dari ketertindasan oleh dunia luar. Hingga akhirnya keberadaan Butet Manurung pun diterima. Butet Manurung mengajari mereka membaca dan menulis. Sekolah yang dia dirikan tentu bukanlah sekolah formal seperti yang kita lihat di masyarakat. Sokola Rimba (sekolah rimba) berdiri pada tahun 2003. Sebuah sekolah yang tak berdinding yang sifatnya nomaden, kapan saja bisa berpindah. Bahkan jika ditanya dimana lokasi sekolahnya, Butet Manurung hanya mampu mengatakan titik koordinatnya saja. Koordinat 01' 05' LS - 102' 30' BT.
Akhirnya berkat kerja keras, semangat pantang menyerah, kehidupan Orang Rimba terselamatkan. Para anak-anak Suku Dalam sudah tahu baca dan nulis. Hal ini sangat terasa ketika mereka melakukan proses jual-beli, membaca akta perjanjian, dan dapat menghitung sehingga tidak lagi menjadi korban penipuan Orang Terang. Dalam cuplikan film "Sokola Rimba", saya melihat sendiri bagaimana seorang anak yang sudah pintar membaca dengan lantang menolak isi perjanjian yang disodorkan oleh Orang Terang. Seketika itu juga air mata Butet menetes di hutan belantara itu. Siapa
yang tidak terharu perjuangannya selama bertahun-tahun yang telah dilakukannya telah berhasil menyelamatkan hidup Suku Anak Dalam tidak hanya dari gangguan Orang Terang tetapi juga perubahan kualitas manusia Suku Anak Dalam.
Apresiasi dan Penghargaan
Berkat kerja keras, semangat pantang menyerah dan jiwa humanis yang melekat dalam dirinya, Butet Manurung mendapatkan berbagai apresiasi dan penghargaan yang membanggakan diantaranya:
- "Man and Biosphere Award" dari LIPI dan UNESCO Indonesia (2001)
- "Woman of Letters' as one of TIME magazine’s Heroes of Asia (2004)
- "Women of the Year" di bidang pendidikan oleh ANTEVE (2004)
- "Asoka FellowsheepAward" (2006)
- Pahlawan Generasi Masa Kinioleh Modernisator (2008)
- Young Global Leader byWorld Economic forum (2009)
- Social Entrepreneur of theYear by Ernst and Young(2012)
0 Response to "Butet Manurung dan Sokola Rimba"
Post a Comment